By, Habiburrahman el Shirazy
Siang itu, Pesantren Al Furqon yang terletak di daerah Pagu, Kediri,
Jawa Timur geger. Pengurus Bagian Keamanan menyeret seorang santri yang
diyakini mencuri. Beberapa orang santri terus menghajar santri berambut
gondrong itu. Santri itu mengaduh dan minta ampun.
"Ampun, tolong jangan pukul
saya. Saya tidak mencuri!" Santri yang mukanya sudah berdarah-darah itu
mengiba."Ayo, mengaku. Kalau tidak kupecahkan kepalamu!" Teriak
seorang santri berkoplah hitam dengan wajah sangat geram."Sungguh, bukan
saya pelakunya." Si Rambut Gondrong itu tetap tidak mau mengaku.
Serta merta dua bogem melayang ke wajahnya. "Nich rasain
pencuri!" teriak Ketua Bagian Keamanan yang turut melayangkan pukulan. Si
Rambut Gondrong mengaduh lalu pingsan.
Menjelang Ashar, si Rambut Gondrong siuman. Ia dikunci di gudang
pesantren yang dijaga beberapa santri. Kedua tangan dan kakinya terikat.
Airmatanya meleleh. Ia meratapi nasibnya. Seluruh tubuhnya sakit. Ia merasa
kematian telah berada di depan mata.
Di luar gudang para santri ramai berkumpul. Mereka meneriakkan
kemarahan dan kegeraman...... “ Baca kisah selanjutnya Di Sini.
Sumber: http://www.goodreads.com/book/show/1515615.Dalam_Mihrab_Cinta
0 komentar:
Posting Komentar