Penulis:
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit:
Republika-Basmala
Tahun
Pertama terbit: 2004
Jumlah
Halaman: 418
Banyak yang merekomendasikan novel ini untuk dibaca, sebab
sarat akan nilai-nilai keislaman. Tapi, tak ingin menjadi naïf, bukankah ada
banyak novel di luar sana yang juga dijejali dengan nilai-nilai agama? Lantas
mengapa novel karya Habiburrahman El Shirazy ini dibaca jutaan orang? Pasti ada
yang “lebih daripada pesan moral”. Mungkin begitu segelintiran pertanyaan yang
bergelayut di kepala Anda sebelum membaca novel Ayat-ayat cinta ini. Secara
umum novel ini menarik. Menyajikan kisah cinta yang matang dengan latar negeri
para nabi, Mesir.
Kisahnya dibuka dengan keseharian seorang pemuda dari
Indonesia bernama Fahri. Ia seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di
salah satu universitas bergengsi di Cairo, Mesir. Ia digambarkan sebagai tokoh
yang saleh, pintar, santun, baik, dan sederet label sempurna lainnya. Agaknya
sang penulis gagal bercerita pada bagian penokohan si Fahri ini. Banyak yang
yang mencemooh karakternya yang bak nabi, tanpa cacat. Cercaan itu dilengkapi
dengan anugerah fisik sempurna yang dilekatkan sang penulis padanya. Walhasil,
sekurang-kurangnya ada 4 wanita cantik yang menginginkan Fahri menjadi
pendamping. Wanita tersebut adalah Nurul, Noura, Maria dan Aisha. Keempat
wanita tersebut jatuh hati pada “kesempurnaan” tokoh Fahri, hal ini bagi
sebagian orang terlalu utopis. Meski demikian, dalam ranah fiksi, penulis
adalah “tuhan”.
Fokus utama cerita ini sebenarnya adalah cinta. Tapi penulis
membungkusnya dengan koridor islami. Klimaks konflik dimulai saat Fahri
menikahi seorang wanita bernama Aisha, yang merupakan keturunan beberapa Negara
yakni Palestina, Turki dan Jerman. Ia digambarkan sebagai wanita dengan mata
yang menawan. Ia menggunakan cadar, cerdas, kaya, cantik dan semua sifat
sempurna lainnya. Fahri yang anak seorang pedangang tape ketan cukup
mendapatkan berkah luar biasa dengan menikahi seorang putri milyarder, si Aisha
ini. Kisah kemudian bergulir pada sosok Maria, gadis cantik penganut Kristen
Koptik yang merupakan tetangga Fahri. Dan, entah beruntung atau memang takdir
penulis, ia membuat Maria jatuh hati pada Fahri. Perasaannya bahkan tak hilang
sekalipun Fahri telah menikah. Selain Maria, ada pula Noura yang pada akhirnya
menuduh Fahri hendak memperkosanya karena ia menolak cinta Noura. Klise memang,
tapi toh cerita ini sanggup membuat banyak orang membeli buku ini.
Lantas apa yang menarik selain kisah-kisah tokoh yang semua
nyaris sempurna itu? Mungkin setting. Penulis novel ini agaknya memahami
betul lekuk cantik Mesir utamanya Cairo. Bagi pembaca, hal ini tentu semacam
kunjungan lewat kata. Menyenangkan! Selain setting, keunggulan buku ini
mungkin dari fragmen adegan yang memukau, sedikit berlebihan, tapi tetap
membuat silau. Misalnya saat Maria sekarat, ia bermimpi bertemu Maryam ibunda
Nabi Isa. Ia tidak diijinkan memasuki pintu Syurga sebelum ber-islam. Kemudian
Maria sadar dan mengucapkan kalimat syahadat kemudian meninggal dalam keadaan
ber-islam. Menyentuh meski sedikit berlebihan.
Dari segi bahasa, penulis bermain aman. Buku ini tidak
memiliki cita rasa sastra yang berani bermain kata. Bahasanya sederhana, runut
dan mudah dimengerti. Hal ini mungkin yang meembuat semua kalangan membacanya.
Sederhana meski kisahnya terlampau sempurna. Tapi, persoalan selera tak mutlak
sama bukan? Bisa saja Anda membacanya dengan sensasi berbeda. Sinopsis novel
Ayat-ayat Cinta ini tidak bermaksud untuk mengintervensi pendapat Anda.
Hanya mengantarkan Anda pada potongan cerita di novel ini. Sisanya, silahkan
Anda membacanya sendiri. Novel ini layak untuk dibaca. Selamat berburu novel
ya!
Sumber: http://sinopsisnovelku.blogspot.com/2013/02/sinopsis-novel-ayat-ayat-cinta.html
Download Novel Ayat-ayat Cinta
0 komentar:
Posting Komentar